Laman

Senin, 14 Juli 2014

FIQH SHAUM DAN RAMADHAN SEBAGAI BULAN TARBIYAH

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (QS. 2 : 183)

A. Keutamaan Ramadhan dari Khutbah Rasulullah Saw Saat Menjelang Bulan Ramadhan

“Wahai manusia, telah tiba kepada kalian bulan Ramadhan dengan membawa keberkahan, kasih sayang Allah dan ampunan-Nya. Bulannya yang paling utama, hari-harinya yang paling utama, malam-malamnya yang paling utama, jam demi jamnya yang paling utama. Di bulan itu kalian diundang menjadi tamu Allah dan berhak dimuliakan-Nya. Nafas kalian dihitung sebagai tasbih, tidur kalian ibadah, amal kalian diterima, do’a kalian dikabulkan. Karena itu, mohonlah kepada Allah dengan niat yang tulus dan hati yang bersih agar Allah menuntun kalian untuk menjalankan shaum dan membaca kitab-Nya.

“ Orang yang celaka ialah yang tidak mendapat ampunan Allah pada bulan itu. Kenanglah, ketika kalian lapar dan dahaga, kelaparan dan kehausan pada hari kiamat nanti. Bersedekahlah kepada fakir miskin di tengah-tengah kalian. Hormati orang tua, sayangi anak muda. Sambungkan persaudaraan. Tahan pandangan dari apa yang tidak halal dilihat. Jaga telinga dari yang tidak halal didengar. Sayangi anak-anak yatim orang lain, agar Allah menyayangi anak-anak yatim kalian. Bertobatlah pada Allah dari dosa-dosa kalian. Angkat tangan ke arah langit, sampaikanlah do’a pada waktu-waktu shalat, karena itulah saat ijabah. Di situ Allah memperhatikan hamba-Nya dengan penuh kasih. Allah menjawab ketika mereka menyeru-Nya. Allah menyambut mereka saat memanggil-Nya. Allah memperkenankan mereka ketika berdo’a kepada-Nya.

“Wahai manusia, barangsiapa :
-          menjaga keindahan akhlaknya pada bulan ini, ia akan melewati shirath (jembatan) dengan cepat, saat kaki-kaki manusia tergelincir,
-          meringankan pekerjaan orang-orang yang ada di bawah kekuasaannya, Allah akan meringankan pemeriksaan-Nya,
-          menahan diri dari berbuat jelek, Allah akan menahan murka-Nya pada hari saat ia bertemu dengan Dia,
-          menyambungkan persaudaraan dengan sesama pada bulan itu, Allah akan menjalin kasih-Nya dengannya pada hari ketika ia berjumpa dengan Dia,
-          shalat  sunat pada bulan itu, Allah akan membebaskannya dari neraka sedangkan pahala shalat wajib yang dilakukannya sama seperti melakukan 70 kali shalat  wajib pada bulan lain,
-          memperbanyak shalawat kepadaku pada bulan itu, Allah akan memperberat timbangannya pada hari kiamat, ketika ringan timbangan-timbangan yang lain,
-          membaca satu ayat Al-Qur’an pada bulan itu, pahalanya seperti orang yang khatam Al-Qur’an pada bulan yang lain.

“Ketahuilah, pada bulan itu pintu surga dibukakan. Mohonlah ampun agar Allah tidak menutupnya bagimu selamanya. Pintu neraka ditutup. Mohonlah agar pintu itu tidak pernah dibukakan pada kalian selamanya. Setan-setan terbelenggu. Mohonlah agar Allah tidak melepaskannya untuk menguasai kalian”.


B.  Adab Shaum
Nabi SAW membimbing para shahabat melakukan shaum yang sebenarnya. Berulangkali ditegaskan bahwa shaum tidak sekedar menahan lapar dahaga. Dari bimbingan Nabi SAW, Imam al-Ghazali menyebutkan 6 hal sebagai syarat batiniah shaum. Tanpa syarat ini shaum sama sekali tak berguna

1.    Menahan pandangan dari segala yang tercela dan dari semua yang dapat melalaikan kita dari dzikir pada Allah.
Nabi SAW bersabda : “ Pandangan mata ialah anak panah beracun yang dilepaskan iblis. Barangsiapa menundukkan pandangan karena takut pada Allah, Allah akan memberikan iman kepadanya yang ia temukan manisnya iman itu dalam hatinya.” (HR. at-Thabrani)
Beliau juga berkata : “ Ada 6 hal yang membatalkan shaum : berdusta, menggunjing, memfitnah, sumpah palsu, dan memandang dengan nafsu.”

2.    Menjaga lisan dari kejahatan omongan, seperti menggunjing, berdusta, kata-kata kotor, apalagi memfitnah dan mengadu domba kaum Muslimin. Kendalikan lisan dengan diam, dan lebih utama bila lisan  disibukkan dengan dzikrullah dan tilawah Al-Qur’an. Rasulullah SAW bersabda : “ Sesungguhnya puasa adalah perisai. Apabila salah seorang di antara kamu berpuasa maka jangan berkata kotor dan jangan bertindak bodoh. Jika ada seseorang yang menyerang atau mencaci, katakanlah “ Sesungguhnya aku sedang berpuasa, sesungguhnya aku berpuasa.”

3.    Menahan pendengaran dari semua yang tercela dan dibenci Allah. Nabi SAW mengatakan : “ Yang melakukan ghibah (pergunjingan) dan yang mendengarnya adalah sekutu dalam kejelekan.” (HR. at-Thabrani)

4.    Menahan semua anggota badan dari berbuat dosa dan maksiat, serta menahan perut dari memakan bukan saja yang haram tapi yang syubhat (samar). Nabi SAW bersabda : “ Betapa banyaknya orang yang shaum yang tidak mendapatkan apa-apa dari shaumnya, kecuali lapar dan dahaga.” (Musnad Ahmad 2 ; 441)

5.    Tidak memperbanyak makan pada waktu berbuka. Bukankah shaum itu melemahkan nafsu. Bila nafsu dilemahkan pada siang hari dan diperkuat lagi pada malam hari, shaum menjadi perbuatan yang sia-sia. Al-Ghazali menyebut nafsu sebagai kendaraan setan. Dengan makan yang banyak, sangat sulit untuk dapat melakukan ibadah dengan khusyu.
Salah satu adab shaum yang sering dilupakan adalah mengurangi tidur siang. Dengan tetap aktif di siang hari, kita bisa merasakan lapar, dahaga, dan lemahnya kekuatan. Sehingga hati menjadi jernih, lembut dan timbul empati terhadap penderitaan orang lain.

6.    Pada waktu berbuka, hati hendaknya selalu diletakkan antara cemas dan harap. Ia harus mencemaskan ibadah dan amal shalehnya. Jika tidak diterima, ia akan termasuk orang yang dimurkai Allah. Tetapi ia juga harus memelihara harapan. Diriwayatkan oleh Hasan al-Bashri lewat sekelompok orang yang sedang tertawa-tawa pada Hari Raya. Ia berkata : “ Sesungguhnya Allah SWT menjadikan bulan Ramadhan sebagai bulan yang hasilnya tersembunyi bagi makhluk-Nya. Mereka berlomba menaatinya. Sebagian berhasil maju dan beruntung. Sebagian lagi tertinggal dan kecewa. Alangkah ajaibnya orang bermain dan tertawa pada hari ketika beruntung orang yang maju dan celaka orang yang gagal. Demi Allah, sekiranya tirai disingkapkan, orang baik akan sibuk dengan kebaikannya dan orang jelek akan sibuk dengan kejelekannya.


C.   Ramadhan Bersama Rasulullah
1.    Memperbanyak do’a ketika berbuka
Dari Abdullah bin Amr bin Ash, “ Rasulullah SAW bersabda : “ Bagi orang yang berpuasa ada do’a yang tidak akan ditolak ketika berbuka.” (HR. Ibnu Majah)

2.    Pahala menyediakan Makanan Berbuka
Dari Zaid bin Khalid Al-Juhani, “ Rasulullah SAW bersabda : “ Barangsiapa memberi makanan untuk berbuka, maka ia mendapat pahala yang sama dengan orang yang berpuasa, sedangkan pahala orang yang berpuasa itu sendiri tidak berkurang sedikitpun.” (HR. Turmudzi. Ia berkata : Hadits ini hasan dan shohih)

3.    Hidupkan malam Ramadhan dengan sholat
Dari Abu Hurairah ra, “Rasulullah SAW bersabda : “ Barangsiapa melakukan sholat  pada malam-malam Ramadhan dengan iman dan mengharapkan keridhoan-Nya, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhori dan Muslim)

4.    Memperbanyak sedekah dan tadarus Al-Qur’an
Dari Ibnu Abbas ra, “Rasulullah adalah orang yang paling dermawan dan lebih besar kedermawanannya pada bulan Ramadhan ketika Jibril menemuinya. Jibril biasanya menemuinya setiap malam Ramadhan, lalu tadarus Al-Qur’an (dengan beliau). Sungguh Rasulullah SAW ketika ditemui Jibril menjadi orang yang lebih bermurah hati dalam memberi kebaikan sehingga lebih banyak memberi dari tiupan angin.” (HR. Bukhori dan Muslim)
5.    Memperbanyak istighfar pada malam terakhir Ramadhan
Rasulullah SAW bersabda, “Pada bulan Ramadhan umatku diberi lima perkara yang tidak pernah diberikan pada seorang Nabi pun sebelumku. Pertama, bila datang setiap awal Ramadhan, Allah azza wa jalla melihat mereka. Barangsiapa dilihat Allah, maka selamanya tidak akan disentuh adzab. Kedua, bau mulut mereka pada sore hari disisi Allah lebih harum dari aroma minyak kesturi. Ketiga, para malaikat memohonkan ampunan bagi setiap siang dan malam. Keempat, Allah azza wa jalla menyuruh surga-Nya dengan firman-Nya : “Bersiap-siaplah dan hiasilah dirimu untuk hamba-hamba-Ku. Kamu sekalian telah dekat saat beristirahat dari kelelahan hidup di dunia dan kembali ke tempat-Ku dan rahmat-Ku. Kelima, bila telah tiba akhir Ramadhan, Allah mengampuni dosa-dosa mereka semua.” (HR. Ahmad, Baihaqi dan Al-Bazzar)

D. Hal-Hal yang Membatalkan Shaum
1.    Sengaja makan dan minum
Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang lupa sedang berpuasa, lalu makan dan minum, maka hendaknya dia menyempurnakan puasanya. Karena sesungguhnya Allah yang menberi dia makan dan minum.” (HR. Bukhari 3/40, Muslim 2/809)
2.    Sengaja Muntah
Dari Abu Hurairah ra, bahwa Nabi SAW bersabda, “Siapa yang muntah, maka tidak harus mengqadha. Adapun yang sengaja muntah, maka dia harus mengqadha.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
3.    Haidh dan Nifas
4.    Onani/masturbasi
5.    Berhubungan seksual

E.   Hal-Hal yang Dibolehkan Dalam Berpuasa
1.    Bersiwak/menggosok gigi
Rasulullah SAW bersabda, “ Kalau bukan karena aku khawatir memberatkan umatku, aku akan memerintahkan mereka bersiwak, setiap hendak shalat.” (HR. Bukhari dan Muslim)
2.    Orang yang berpuasa tidak mandi junub hingga pagi
Diriwayatkan dari Aisyah ra, bahwa Nabi SAW dalam keadaan junub setelah berkumpul dengan istrinya. Setelah fajar terbit, beliau mandi dan berpuasa. (HR. Bukhari dan Muslim)
3.    Berkumur-kumur dan memasukkan air ke hidung
4.    Mencicipi makanan untuk keperluan yang mendesak
5.    Bercelak dan memakai tetes mata
6.    Cuci darah dan menyuntik
7.    Tidak sengaja makan dan minum
8.    Tidak sengaja muntah

F.   Ramadhan Sebagai Bulan Tarbiyah
Diantara ciri khas bulan Ramadhan adalah tumbuh suburnya suasana ke-Islaman di semua tempat. Umat Islam mempunyai kesempatan lebih banyak untuk beribadah. Puasa merupakan sarana yang sangat efektif untuk menahan segala kecenderungan negatif  dan memotivasi untuk melakukan semua bentuk kebaikan. Sehingga peluang tarbiyah di bulan Ramadhan lebih terbuka dan lebih luas.
Ada beberapa rambu yang perlu diperhatikan agar kita tidak menjadi orang yang menyia-nyiakan amal ibadah puasa ini.

1.    Anggaplah Ramadhan kali ini adalah kesempatan Ramadhan terakhir.
Kehilangan momentum Ramadhan kali ini, berarti kita kehilangan momentum yang sangat berharga untuk kelanjutan kehidupan setelahnya.

2.    Isilah Ramadhan dengan agenda yang jelas.
Tujuannya agar kita lebih mudah melakukan evaluasi terhadap kuantitas ibadah yang dilakukan. Seperti ungkapan Umar bin Khattab “ Hisablah dirimu sebelum engkau dihisab pada hari kiamat.”

3.    Jauhi sikap menunda-nunda amal ibadah.
Imam Hasan al Bashri mengatakan : “Nilai dirimu tergantung pada hari ini, bukan besok”
“ Jika engkau telah mengoptimalkan amal shalih pada hari ini, engkau takkan menyesal meskipun engkau besok mengalami kerugian.” (Az-Zuhd: 4)

4.    Tanamkan sikap untuk tidak mudah tunduk pada perasaan lelah dari mengerjakan amaliyah Ramadhan.
Inti dari langkah ini adalah mujahadah  atau melawan keinginan untuk tidak melakukan amal ketaatan dengan berbagai alasan. Sikap menghentikan keinginan nafsu, awalnya memang sulit, tapi hal itu bisa kita lakukan kalau kita bersungguh-sungguh.

5.    Melakukan muhasabah dan evaluasi harian sebelum tidur terhadap amal yang telah dilakukan.

6.    Menghindari pekerjaan yang terlalu berat di siang hari.
Terlalu lelah, bisa mengakibatkan tubuh malas dan bisikan setan pun semakin punya alasan untuk melemahkan fisik kita.
Rasulullah SAW bersabda,” Puasa adalah amanah maka hendaklah salah seorang diantara kamu menjaga amanahnya.” (Hadits Hasan)

7.    Sedapat mungkin putuskan atau kurangi melakukan aktivitas yang bernuansa hiburan, yang tidak memiliki kaitan dengan ibadah di bulan Ramadhan.

8.    Sering-sering dan perbanyak bertemu dengan komunitas dan lingkungan yang mengajak kita untuk mengingat Allah.
Para sahabat pernah berkata “ta’ala nu’minu sa’ah” (Mari kita sejenak meningkatkan keimanan)

9.    Hindari terlalu kenyang ketika berbuka puasa.

10. Tunaikan ibadah sunnah I’tikaf di masjid dalam sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan untuk menggapai malam Lailatul Qadar.
Sesungguhnya sepuluh hari terakhir adalah detik-detik perpisahan kita dengan Ramadhan yang sangat mulia dan dirindukan. Karenanya, saat itulah kita harus lebih memanfaatkan waktu sebaik mungkin.


Allahumma bariklana fi Rajab wa Sya’ban, wa ballighna Ramadhan” Ya Allah berkahilah kami dalam bulan Rajab dan Sya’ban, dan sampaikanlah usia kami pada bulan Ramadhan.

G.   Mencari Lailatul Qadar
Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa berdiri (shalat) pada Lailatul Qadar atas dasar iman dan mencari ridha Allah maka akan diampuni segala dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Carilah Lailatul Qadar pada sepuluh hari terakhir, pada malam ganjil.”(HR. Bukhari dan Muslim)
Ibnu ‘Abbas menjelaskan bahwa Rasulullah SAW bersabda,”Carilah pada sepuluh hari terakhir dari Ramadhan. Lailatul Qadar pada malam kedua puluh sembilan, kedua puluh tujuh, dan kedua puluh lima.” (HR. Bukhari)
Pada malam Lailatul Qadar dianjurkan untuk memperbanyak do’a terutama do’a yang diajarkan Rasulullah SAW yang berbunyi “Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni (Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, mencintai pemaafan, maka maafkanlah aku)” (HR. at-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Tanda-tanda Lailatul Qadar diantaranya :
1.    Matahari di pagi harinya tidak terlalu terang seperti biasanya
2.    Malam itu cerah dan udara terasa sedang, tidak panas dan tidak pula dingin.
Lailatul Qadar adalah malam yang cerah, tidak panas dan tidak pula dingin. Pada pagi harinya matahari tampak kemerahan redup.” (HR. ibnu Khuzaimah dan Ath-Thayalisi)
3.    Tidak ada bintang jatuh (meteor)
Rasulullah SAW bersabda, “Lailatul Qadar adalah malam yang cerah, tidak panas dan tidak pula dingin, dan tidak ada bintang yang jatuh (meteor).” (HR. Ath-Thabrani)

Rasulullah SAW pernah berdo’a : “Ya Allah, ampunilah bagiku kesalahan dan kebodohanku, kelebihan-kelebihanku dalam urusanku dan apa-apa yang Engkau lebih mengetahuinya daripada aku. Ya Allah, ampunilah bagiku kesungguhan dan candaku, kekeliruanku dan kesengajaanku, dan semua itu ada padaku. Ya Allah, ampunilah bagiku apa yang kudahulukan dan apa yang ditangguhkan, apa yang kusembunyikan dan apa yang kutampakkan, dan apa-apa yang Engkau lebih mengetahuinya daripada aku. Engkau Ilahku, yang tiada Ilah selain Engkau.” (diriwayatkan oleh Bukhari Muslim)


Maroji’ :
1.    Berpuasa seperti Rasulullah, Saliem al-Hilali & Ali Hasan Ali Abdulhamied, Gema Insani Press.
2.    Tarhib dan Panduan Ramadhan, DR. Salim Segaf Al-Jufri, MA, Daarut Tarbiyah.
3.    Renungan Ramadhan, “Membina Generasi Tangguh”, Majalah Sabili, 2000.
4.    Majalah Tarbawi, Edisi 15 Th/2 31 Desember 2000 M.
5.    Majalah Tarbawi, “Menjadi Alumni Teladan Bulan Ramadhan”, Edisi 27 Th.3/ 31 Desember  2001

6.    Majalah Saksi, “Bonus itu Bernama Lailatul Qadar”, No. 6 Tahun IV 25 Desember  2001

Tidak ada komentar:

Posting Komentar