“ Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (QS. 2 : 183)
A. Keutamaan
Ramadhan dari Khutbah Rasulullah Saw Saat Menjelang Bulan Ramadhan
“Wahai manusia, telah tiba kepada
kalian bulan Ramadhan dengan membawa keberkahan, kasih sayang Allah dan
ampunan-Nya. Bulannya yang paling utama, hari-harinya yang paling utama,
malam-malamnya yang paling utama, jam demi jamnya yang paling utama. Di bulan
itu kalian diundang menjadi tamu Allah dan berhak dimuliakan-Nya. Nafas kalian
dihitung sebagai tasbih, tidur kalian ibadah, amal kalian diterima, do’a kalian
dikabulkan. Karena itu, mohonlah kepada Allah dengan niat yang tulus dan hati yang
bersih agar Allah menuntun kalian untuk menjalankan shaum dan membaca
kitab-Nya.
“ Orang yang celaka ialah yang tidak
mendapat ampunan Allah pada bulan itu. Kenanglah, ketika kalian lapar dan
dahaga, kelaparan dan kehausan pada hari kiamat nanti. Bersedekahlah kepada fakir miskin di tengah-tengah kalian. Hormati
orang tua, sayangi anak muda. Sambungkan persaudaraan. Tahan pandangan dari apa
yang tidak halal dilihat. Jaga telinga dari yang tidak halal didengar. Sayangi
anak-anak yatim orang lain, agar Allah menyayangi anak-anak yatim kalian.
Bertobatlah pada Allah dari dosa-dosa kalian. Angkat tangan ke arah langit,
sampaikanlah do’a pada waktu-waktu shalat, karena itulah saat ijabah. Di situ
Allah memperhatikan hamba-Nya dengan penuh kasih. Allah menjawab ketika mereka
menyeru-Nya. Allah menyambut mereka saat memanggil-Nya. Allah memperkenankan
mereka ketika berdo’a kepada-Nya.
“Wahai manusia, barangsiapa :
-
menjaga
keindahan akhlaknya pada bulan ini, ia akan melewati shirath (jembatan) dengan
cepat, saat kaki-kaki manusia tergelincir,
-
meringankan
pekerjaan orang-orang yang ada di bawah kekuasaannya, Allah akan meringankan
pemeriksaan-Nya,
-
menahan
diri dari berbuat jelek, Allah akan menahan murka-Nya pada hari saat ia bertemu
dengan Dia,
-
menyambungkan
persaudaraan dengan sesama pada bulan itu, Allah akan menjalin kasih-Nya
dengannya pada hari ketika ia berjumpa dengan Dia,
-
shalat sunat pada bulan itu, Allah akan
membebaskannya dari neraka sedangkan pahala shalat wajib yang dilakukannya sama
seperti melakukan 70 kali shalat wajib
pada bulan lain,
-
memperbanyak
shalawat kepadaku pada bulan itu, Allah akan memperberat timbangannya pada hari
kiamat, ketika ringan timbangan-timbangan yang lain,
-
membaca
satu ayat Al-Qur’an pada bulan itu, pahalanya seperti orang yang khatam
Al-Qur’an pada bulan yang lain.
“Ketahuilah, pada bulan itu pintu
surga dibukakan. Mohonlah ampun agar Allah tidak menutupnya bagimu selamanya.
Pintu neraka ditutup. Mohonlah agar pintu itu tidak pernah dibukakan pada
kalian selamanya. Setan-setan terbelenggu. Mohonlah agar Allah tidak melepaskannya
untuk menguasai kalian”.
B. Adab
Shaum
Nabi SAW membimbing para shahabat
melakukan shaum yang sebenarnya. Berulangkali ditegaskan bahwa shaum tidak
sekedar menahan lapar dahaga. Dari bimbingan Nabi SAW, Imam al-Ghazali
menyebutkan 6 hal sebagai syarat batiniah shaum. Tanpa syarat ini shaum sama
sekali tak berguna
1.
Menahan
pandangan dari segala yang tercela dan dari semua yang dapat melalaikan kita
dari dzikir pada Allah.
Nabi SAW bersabda : “ Pandangan mata ialah anak panah beracun yang
dilepaskan iblis. Barangsiapa menundukkan pandangan karena takut pada Allah,
Allah akan memberikan iman kepadanya yang ia temukan manisnya iman itu dalam
hatinya.” (HR. at-Thabrani)
Beliau juga berkata : “ Ada 6 hal yang membatalkan shaum : berdusta,
menggunjing, memfitnah, sumpah palsu, dan memandang dengan nafsu.”
2. Menjaga lisan dari
kejahatan omongan, seperti menggunjing, berdusta, kata-kata kotor, apalagi
memfitnah dan mengadu domba kaum Muslimin. Kendalikan lisan dengan diam, dan
lebih utama bila lisan disibukkan dengan
dzikrullah dan tilawah Al-Qur’an. Rasulullah SAW bersabda : “ Sesungguhnya puasa adalah perisai. Apabila
salah seorang di antara kamu berpuasa maka jangan berkata kotor dan jangan
bertindak bodoh. Jika ada seseorang yang menyerang atau mencaci, katakanlah “
Sesungguhnya aku sedang berpuasa, sesungguhnya aku berpuasa.”
3.
Menahan
pendengaran dari semua yang tercela dan dibenci Allah. Nabi SAW mengatakan : “ Yang melakukan ghibah (pergunjingan) dan yang
mendengarnya adalah sekutu dalam kejelekan.” (HR. at-Thabrani)
4.
Menahan
semua anggota badan dari berbuat dosa dan maksiat, serta menahan perut dari
memakan bukan saja yang haram tapi yang syubhat (samar). Nabi SAW bersabda : “ Betapa banyaknya orang yang shaum yang tidak
mendapatkan apa-apa dari shaumnya, kecuali lapar dan dahaga.” (Musnad Ahmad
2 ; 441)
5.
Tidak
memperbanyak makan pada waktu berbuka. Bukankah shaum itu melemahkan nafsu.
Bila nafsu dilemahkan pada siang hari dan diperkuat lagi pada malam hari, shaum
menjadi perbuatan yang sia-sia. Al-Ghazali menyebut nafsu sebagai kendaraan
setan. Dengan makan yang banyak, sangat sulit untuk dapat melakukan ibadah
dengan khusyu.
Salah satu adab shaum yang
sering dilupakan adalah mengurangi tidur siang. Dengan tetap aktif di siang
hari, kita bisa merasakan lapar, dahaga, dan lemahnya kekuatan. Sehingga hati
menjadi jernih, lembut dan timbul empati terhadap penderitaan orang lain.
6. Pada waktu berbuka, hati
hendaknya selalu diletakkan antara cemas dan harap. Ia harus mencemaskan ibadah
dan amal shalehnya. Jika tidak diterima, ia akan termasuk orang yang dimurkai
Allah. Tetapi ia juga harus memelihara harapan. Diriwayatkan oleh Hasan
al-Bashri lewat sekelompok orang yang sedang tertawa-tawa pada Hari Raya. Ia berkata
: “ Sesungguhnya Allah SWT menjadikan
bulan Ramadhan sebagai bulan yang hasilnya tersembunyi bagi makhluk-Nya. Mereka
berlomba menaatinya. Sebagian berhasil maju dan beruntung. Sebagian lagi
tertinggal dan kecewa. Alangkah ajaibnya orang bermain dan tertawa pada hari
ketika beruntung orang yang maju dan celaka orang yang gagal. Demi Allah,
sekiranya tirai disingkapkan, orang baik akan sibuk dengan kebaikannya dan
orang jelek akan sibuk dengan kejelekannya.
C.
Ramadhan Bersama Rasulullah
1.
Memperbanyak
do’a ketika berbuka
Dari
Abdullah bin Amr bin Ash, “ Rasulullah SAW bersabda : “ Bagi orang yang
berpuasa ada do’a yang tidak akan ditolak ketika berbuka.” (HR. Ibnu Majah)
2.
Pahala
menyediakan Makanan Berbuka
Dari Zaid bin Khalid
Al-Juhani, “ Rasulullah SAW bersabda : “
Barangsiapa memberi makanan untuk berbuka, maka ia mendapat pahala yang sama
dengan orang yang berpuasa, sedangkan pahala orang yang berpuasa itu sendiri
tidak berkurang sedikitpun.” (HR. Turmudzi. Ia berkata : Hadits ini hasan
dan shohih)
3.
Hidupkan
malam Ramadhan dengan sholat
Dari Abu Hurairah ra, “Rasulullah SAW bersabda : “ Barangsiapa
melakukan sholat pada malam-malam
Ramadhan dengan iman dan mengharapkan keridhoan-Nya, maka dosa-dosanya yang
telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhori dan Muslim)
4.
Memperbanyak
sedekah dan tadarus Al-Qur’an
Dari Ibnu Abbas ra, “Rasulullah adalah orang yang paling dermawan
dan lebih besar kedermawanannya pada bulan Ramadhan ketika Jibril menemuinya.
Jibril biasanya menemuinya setiap malam Ramadhan, lalu tadarus Al-Qur’an
(dengan beliau). Sungguh Rasulullah SAW ketika ditemui Jibril menjadi orang
yang lebih bermurah hati dalam memberi kebaikan sehingga lebih banyak memberi
dari tiupan angin.” (HR. Bukhori dan Muslim)
5.
Memperbanyak
istighfar pada malam terakhir Ramadhan
Rasulullah
SAW bersabda, “Pada bulan Ramadhan umatku diberi lima perkara yang tidak pernah
diberikan pada seorang Nabi pun sebelumku. Pertama, bila datang setiap awal
Ramadhan, Allah azza wa jalla melihat mereka. Barangsiapa dilihat Allah, maka
selamanya tidak akan disentuh adzab. Kedua, bau mulut mereka pada sore hari
disisi Allah lebih harum dari aroma minyak kesturi. Ketiga, para malaikat
memohonkan ampunan bagi setiap siang dan malam. Keempat, Allah azza wa jalla
menyuruh surga-Nya dengan firman-Nya : “Bersiap-siaplah dan hiasilah dirimu
untuk hamba-hamba-Ku. Kamu sekalian telah dekat saat beristirahat dari
kelelahan hidup di dunia dan kembali ke tempat-Ku dan rahmat-Ku. Kelima, bila
telah tiba akhir Ramadhan, Allah mengampuni dosa-dosa mereka semua.” (HR. Ahmad, Baihaqi dan
Al-Bazzar)
D. Hal-Hal
yang Membatalkan Shaum
1.
Sengaja
makan dan minum
Rasulullah
SAW bersabda, “Barangsiapa yang lupa sedang berpuasa, lalu makan dan minum,
maka hendaknya dia menyempurnakan puasanya. Karena sesungguhnya Allah yang menberi
dia makan dan minum.” (HR.
Bukhari 3/40, Muslim 2/809)
2.
Sengaja
Muntah
Dari Abu Hurairah ra, bahwa
Nabi SAW bersabda, “Siapa yang muntah,
maka tidak harus mengqadha. Adapun yang sengaja muntah, maka dia harus
mengqadha.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
3.
Haidh
dan Nifas
4.
Onani/masturbasi
5.
Berhubungan
seksual
E.
Hal-Hal yang Dibolehkan Dalam Berpuasa
1.
Bersiwak/menggosok
gigi
Rasulullah
SAW bersabda, “ Kalau bukan karena aku khawatir memberatkan umatku, aku akan
memerintahkan mereka bersiwak, setiap hendak shalat.” (HR. Bukhari dan Muslim)
2.
Orang
yang berpuasa tidak mandi junub hingga pagi
Diriwayatkan dari Aisyah
ra, bahwa Nabi SAW dalam keadaan junub setelah berkumpul dengan istrinya.
Setelah fajar terbit, beliau mandi dan berpuasa. (HR. Bukhari dan Muslim)
3.
Berkumur-kumur
dan memasukkan air ke hidung
4.
Mencicipi
makanan untuk keperluan yang mendesak
5.
Bercelak
dan memakai tetes mata
6.
Cuci
darah dan menyuntik
7.
Tidak
sengaja makan dan minum
8.
Tidak
sengaja muntah
F.
Ramadhan Sebagai Bulan Tarbiyah
Diantara ciri khas bulan
Ramadhan adalah tumbuh suburnya suasana ke-Islaman di semua tempat. Umat Islam
mempunyai kesempatan lebih banyak untuk beribadah. Puasa merupakan sarana yang
sangat efektif untuk menahan segala kecenderungan negatif dan memotivasi untuk melakukan semua bentuk
kebaikan. Sehingga peluang tarbiyah di bulan Ramadhan lebih terbuka dan lebih
luas.
Ada beberapa rambu yang perlu
diperhatikan agar kita tidak menjadi orang yang menyia-nyiakan amal ibadah
puasa ini.
1.
Anggaplah
Ramadhan kali ini adalah kesempatan Ramadhan terakhir.
Kehilangan momentum
Ramadhan kali ini, berarti kita kehilangan momentum yang sangat berharga untuk
kelanjutan kehidupan setelahnya.
2.
Isilah
Ramadhan dengan agenda yang jelas.
Tujuannya agar kita lebih
mudah melakukan evaluasi terhadap kuantitas ibadah yang dilakukan. Seperti
ungkapan Umar bin Khattab “ Hisablah dirimu sebelum engkau dihisab pada hari
kiamat.”
3.
Jauhi
sikap menunda-nunda amal ibadah.
Imam Hasan al Bashri
mengatakan : “Nilai dirimu tergantung
pada hari ini, bukan besok”
“
Jika engkau telah mengoptimalkan amal shalih pada hari ini, engkau takkan
menyesal meskipun engkau besok mengalami kerugian.” (Az-Zuhd: 4)
4.
Tanamkan
sikap untuk tidak mudah tunduk pada perasaan lelah dari mengerjakan amaliyah
Ramadhan.
Inti dari langkah ini
adalah mujahadah atau melawan keinginan untuk tidak melakukan
amal ketaatan dengan berbagai alasan. Sikap menghentikan keinginan nafsu,
awalnya memang sulit, tapi hal itu bisa kita lakukan kalau kita
bersungguh-sungguh.
5.
Melakukan
muhasabah dan evaluasi harian sebelum tidur terhadap amal yang telah dilakukan.
6.
Menghindari
pekerjaan yang terlalu berat di siang hari.
Terlalu lelah, bisa
mengakibatkan tubuh malas dan bisikan setan pun semakin punya alasan untuk
melemahkan fisik kita.
Rasulullah SAW bersabda,” Puasa adalah amanah maka hendaklah salah
seorang diantara kamu menjaga amanahnya.” (Hadits Hasan)
7.
Sedapat
mungkin putuskan atau kurangi melakukan aktivitas yang bernuansa hiburan, yang
tidak memiliki kaitan dengan ibadah di bulan Ramadhan.
8.
Sering-sering
dan perbanyak bertemu dengan komunitas dan lingkungan yang mengajak kita untuk
mengingat Allah.
Para sahabat pernah berkata
“ta’ala nu’minu sa’ah” (Mari kita
sejenak meningkatkan keimanan)
9.
Hindari
terlalu kenyang ketika berbuka puasa.
10.
Tunaikan
ibadah sunnah I’tikaf di masjid dalam sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan
untuk menggapai malam Lailatul Qadar.
Sesungguhnya sepuluh hari
terakhir adalah detik-detik perpisahan kita dengan Ramadhan yang sangat mulia
dan dirindukan. Karenanya, saat itulah kita harus lebih memanfaatkan waktu
sebaik mungkin.
“Allahumma bariklana fi Rajab wa Sya’ban, wa ballighna Ramadhan” Ya
Allah berkahilah kami dalam bulan Rajab dan Sya’ban, dan sampaikanlah usia kami
pada bulan Ramadhan.
G.
Mencari Lailatul Qadar
Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa berdiri (shalat) pada Lailatul
Qadar atas dasar iman dan mencari ridha Allah maka akan diampuni segala dosanya
yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
“Carilah
Lailatul Qadar pada sepuluh hari terakhir, pada malam ganjil.”(HR. Bukhari
dan Muslim)
Ibnu ‘Abbas menjelaskan bahwa
Rasulullah SAW bersabda,”Carilah pada
sepuluh hari terakhir dari Ramadhan. Lailatul Qadar pada malam kedua puluh
sembilan, kedua puluh tujuh, dan kedua puluh lima.” (HR. Bukhari)
Pada
malam Lailatul Qadar dianjurkan untuk memperbanyak do’a terutama do’a yang
diajarkan Rasulullah SAW yang berbunyi “Allahumma
innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni (Ya Allah, sesungguhnya Engkau
Maha Pemaaf, mencintai pemaafan, maka maafkanlah aku)” (HR. at-Tirmidzi dan
Ibnu Majah)
Tanda-tanda
Lailatul Qadar diantaranya :
1.
Matahari
di pagi harinya tidak terlalu terang seperti biasanya
2.
Malam
itu cerah dan udara terasa sedang, tidak panas dan tidak pula dingin.
“Lailatul Qadar adalah malam yang cerah, tidak panas dan tidak pula
dingin. Pada pagi harinya matahari tampak kemerahan redup.” (HR. ibnu
Khuzaimah dan Ath-Thayalisi)
3.
Tidak
ada bintang jatuh (meteor)
Rasulullah SAW bersabda, “Lailatul Qadar adalah malam yang cerah,
tidak panas dan tidak pula dingin, dan tidak ada bintang yang jatuh (meteor).” (HR.
Ath-Thabrani)
Rasulullah SAW pernah
berdo’a : “Ya Allah, ampunilah bagiku
kesalahan dan kebodohanku, kelebihan-kelebihanku dalam urusanku dan apa-apa
yang Engkau lebih mengetahuinya daripada aku. Ya Allah, ampunilah bagiku
kesungguhan dan candaku, kekeliruanku dan kesengajaanku, dan semua itu ada
padaku. Ya Allah, ampunilah bagiku apa yang kudahulukan dan apa yang
ditangguhkan, apa yang kusembunyikan dan apa yang kutampakkan, dan apa-apa yang
Engkau lebih mengetahuinya daripada aku. Engkau Ilahku, yang tiada Ilah selain
Engkau.” (diriwayatkan oleh Bukhari Muslim)
Maroji’
:
1.
Berpuasa
seperti Rasulullah, Saliem al-Hilali & Ali Hasan Ali Abdulhamied, Gema
Insani Press.
2.
Tarhib
dan Panduan Ramadhan, DR. Salim Segaf Al-Jufri, MA, Daarut Tarbiyah.
3.
Renungan
Ramadhan, “Membina Generasi Tangguh”,
Majalah Sabili, 2000.
4.
Majalah
Tarbawi, Edisi 15 Th/2 31 Desember 2000 M.
5.
Majalah
Tarbawi, “Menjadi Alumni Teladan Bulan
Ramadhan”, Edisi 27 Th.3/ 31 Desember
2001
6.
Majalah
Saksi, “Bonus itu Bernama Lailatul Qadar”,
No. 6 Tahun IV 25 Desember 2001
Tidak ada komentar:
Posting Komentar