Resume ke-18 yang ditulis Suharyadi (Peserta KBMN 29)
Moderator: Widya Arema
Narasumber: Maydearly
Alhamdulillah, segala puji dan syukur,
kepada Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Hari ini pertemuan ke-18
Kelas Belajar Menulis Nusantara (KBMN).
Pada kegiatan hari ini dibersamai oleh moderator yang bernama ibu Widya
Arema dan narasumber Ibu Maydearly Tema yang sangat menarik untuk diikuti di
angkatan ke 29 ini yaitu “Diksi Sebagai Seni bahasa”.
Narasumber malam inI adalah Ibu Maesaroh, M.Pd seorang guru di SMPN 1 Lebak gedong, Kabupaten Lebak, Banten. Ia dilahirkan di Lebak pada tanggal 26 November 1989. Pendidikan pertama ditempuh di MI Al-Hidayah Cinyiru pada tahun 1996, kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Cipanas. Pendidkan SMA ia tempuh di SMA Negeri 1 Cipanas, dan lulus pada tahun 2008. Setelah itu, Ia melanjutkan Pendidikn S-1 di STKIP Setiabudhi Rangkasbitung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, lulus dengan memperoleh gelar sarjana pada tahun 2013. Kemudian kembali melanjutkan Pendidiikan Magister di Universitas Indraprasta PGRI Jakarta, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris pada tahun 2018, dan selesai menempuh gelar Magister Pendidikan Bahasa Inggris pada tahun 2020.
Rincian Buku yang dibuat Penulis:
1.
10 Buku
Antologi
2.
2 Buku
Kurator Jejak Pena Pengembara Aksara, dan Kisah Para Pendaki Mimpi
3.
Buku
Duo Litersi Digital untuk Abad 21 bersama Prof. Eko Indrajit
4.
Buku
Solo Trik Jitu Menjadi Penulis Milenial
5.
Buku
Solo Episode 1 Januari 2020 dalam Kenangan
6.
Buku
Solo Catatan Inspiratif
Pengalaman Mengajar
1. Guru di SD Kristen Mardi Utomo (2009-2010)
2. Guru di SMPN 2 Lebakgedong (2009 - 2014)
3. Guru di SDN 2 Ciladaeun (2010 - 2012)
4. Guru di SMKN 1 Lebakgedong (2015 - 2017)
5. Guru di SMPN 1 Lebakgedong (2011 - Sekarang)
6. Asisten Dosen di Kampus STKIP Setiabudhi (2010 - 2012)
Pengalaman Narasumber :
1. Narasumber Webinar Assesment of Product and Project for US
di MGMP Wilbi 3 Kab. Lebak
2. Teacher Training and Consultancy di ProNative (Maret
2021)
3. Narasumber Kelas Menulis PGRI
4. Narasumber Kelas Menulis WIMP MPA
5. Narasumber Kelas Guru Motivator Literasi Digital (GMLD)
Pengalaman Organisasi :
1. Ketua ELOS di STKIP Setiabudhi (2010 - 2012)
2. Pengurus MGMP Bahasa Inggris WILBI 3 di Bidang
Pengembangan dan Inovasi (2017- Sekarang)
3. Pembina OSIS SMPN 1 Lebakgedong (2017-2021)
4. Kepala Pustakawan SMPN 1 Lebakgedong (2021)
5. Pembina LKIR SMPN 1 Lebakgedong (2021)
6. Ketua Pelatihan Menulis PGRI Gelombang 18 (2021)
7. Admin Grup Pelatihan Menulis Gel. 18,19,20,21,22.
8. Admin Grup Pelatihan Menulis WIMP MPA Angkatan 1
9. Admin Tim Solid Omjay Pelatihan Menulis
10. Founder Kelas Menulis Remaja Berkarya (Gelar Tikar/Tinta
Karya)
11. Founder Kelas Menulis Pucuk Diksi
Motto dalam hidup Beliau "Menulislah untuk hidup seribu tahun".
Perkenalan dengan narasumber lebih jauh dapat dilihat dengan mengakses link berikut
ini: https://maydearly.blogspot.com/2021/07/biodata.html.
Apa yang terbayang oleh kita jika disebut kata diksi? Mampukah kita berdiksi?
Diksi adalah bagian dari seni sebuah bahasa
baik lisan maupun tulisan. Diksi adalah pelengkap suatu sastra. Sebuah
karya akan bernilai epic apabila ia menyadur diksi yang menarik. Diksi bukanlah
gaya bahasa, tetapi sebuah padanan kata yang bertujuan untuk memberi kesan
menarik hingga mampu memikat hati pembaca. William Shakespeare dikenal sebagai
sastrawan yang sangat piawai dalam menyajikan diksi melalui naskah drama. Ia
menjadi mahaguru bagi siapa saja yang berminat menuliskan romantisme dipadu
tragedi. Diksi Shakespeare relevan untuk menulis karya yang bersifat realita
maupun metafora. Gaya penyajiannya sangat komunikatif, tak lekang digilas
zaman.
Diksi secara akar katanya berasal dari bahasa Latin yaitu dictionem. Kemudian diserap ke dalam
bahasa Inggris menjadi diction, kata
kerja yang berarti pilihan kata. Maksudnya, pilihan kata untuk menuliskan
sesuatu secara ekspresif sehingga tulisan tersebut memiliki ruh dan karakter
kuat, mampu menggetarkan atau mempermainkan pembacanya.
Dalam sejarah bahasa, Aristoteles, filsuf dan ilmuwan Yunani inilah yang
memperkenalkan diksi sebagai sarana menulis indah dan berbobot. Gagasannya itu
ia sebut diksi puitis yang ia tulis dalam Poetics yang merupakan salah satu
karyanya. Seseorang akan mampu menulis indah, khususnya puisi, maka harus memiliki
kekayaan yang melimpah, diksi puitis. Gagasan Aristoteles dikembangkan
fungsinya, bahwa diksi tidak hanya diperlukan bagi penyair menulis puisi, tapi
juga bagi para sastrawan yang menulis prosa dengan berbagai genre-nya.
Cara mudah menulis kalimat dengan diksi yang bagus yaitu dengan
langkah-langkah:
1. Sense
of Touch adalah menulis dengan
melibatkan indera peraba. Indra peraba dapat digunakan untuk memperinci dengan
apik tekstur permukaan benda, atau apapun. Penggunaan indra peraba ini sangat
cocok untuk menggambarkan detail suatu permukaan, gesekan, tentang apa yang
kita rasakan pada kulit. Aplikasi indra peraba ini juga sangat tepat digunakan
untuk menggambarkan sesuatu yang tidak terlihat, seperti angin misalnya. Atau,
cocok juga diterapkan untuk sesuatu yang kita rasakan dengan menyentuhnya, atau
tidak dengan menyentuhnya.
Contohnya:
Pada
pori-pori angin yang dingin, aku pernah mengeja rindu yang datang tanpa permisi.
2. Sense
of Smell adalah menulis dengan
melibatkan indra penciuman. Dengan hal ini akan membuat tulisan kita lebih
beraroma. Teknik ini akan lebih dahsyat jika dipadukan dengan indra
penglihatan.
Contoh:
Di kepalaku
wajahmu masih menjadi prasasti, dan aroma badanmu selalu ku gantungkan di langit
harapan.
3. Sense
of Taste adalah menulis dengan
melibatkan indra perasa. Merasakan setiap energi yang ada di sekitar kita.
Penggunaan indra perasa sangat ampuh untuk menggambarkan rasa suatu makanan,
atau sesuatu yg tercecap di lidah.
Contoh: Remah-remah kata terucap semanis karamel, Arsenik bual
manja layaknya cuka apel. Meski diam terbungkam tetap asam dan asin bak menelan
Botulinum Toxin.
4. Sense
of Sight adalah menulis dengan
melibatkan indra penglihatan. Teknik ini memiliki prinsip “show, don’t tell". Selalu ingat, dalam menulis, cobalah
menunjukkan kepada pembaca (dan tidak sekadar menceritakan semata). Buatlah
pembaca seolah-olah bisa “melihat” apa yang tengah kita ceritakan. Buat mereka
seolah bisa menonton dan membayangkannya.
Prinsip utama dan manjur dalam hal ini adalah DETAIL. Tulislah apa
warnanya, bagaimana bentuknya, ukurannya, umurnya, kondisinya.
Contoh: Derit daun pintu mencekik udara di tengah keheningan,
membuatku tersadar jika kamu pernah kutinggali sebagai pijar luka yang menganga.
5. Sense
of hearing adalah menulis dengan
melibatkan energi yang kita dengar. Begitu banyak suara di sekitar kita.
Belajarlah untuk menangkapnya. Bagaimana caranya? Dengarlah, lalu tuliskan.
Mungkin, inilah sebab mengapa banyak penulis sukses yang kadang menanti hening
untuk menulis. Bisa jadi mereka ingin menyimak suara-suara yang ada di
sekitarnya. Sebuah tulisan yang ditulis dengan indra pendengaran akan terasa
lebih berbunyi, lebih bersuara. Selain itu, penulis juga bisa berkreasi dengan
membuat hal-hal yang biasanya tak terdengar menjadi terdengar.
Contoh:
Aku padamu
seperti angin yang berlalu begitu saja, kini yang kupunya hanya melupa atas
lara dari sajak jingga yang cedera.
Menulislah dengan melibatkan kelima panca indra, tantangan dari
narasumber kepada peserta malam ini
dalam waktu 10 menit di antaranya:
1.
Ratna
: “Langit terlihat mendung, namun hujan masih enggan untuk
sudi turun menyirami bumi. Padahal saya yakin penghuni bumi berharap hujan yang
turun akan mampu menyapu debu yang telah sekian lama menutupi permukaan bumi.”
2. Sholeh
: “Di malam
bersama dinginya angin, Kunanti sejak terbenamnya matahari, Pertemuan ke-18
KBMN PGRI 29, Ditemani cahaya rembulan malam.
3.
Darti :Ku teguk segelas
manisnya madu di tengah riuh reda dan hiruk pikuk nya dunia maya.
4.
Kamila:
Terlukis
beban dalam realita yang tak kunjung padam, Kejenuhan mulai nampak di permukaan, Namun tak mampu melawan
keadaan,Hanya diam di sepanjang malam, Sambil menahan sakit yang teramat dalam,
Curahan hati seorang insan, Yang terbelenggu dalam ikatan pekerjaan, Entah
sampai kapan insan tersebut bertahan, Mengingat waktu terus berjalan.
5.
Fanni :
Rindu ini
selalu tersimpan untukmu, Selalu Petikan dawai gitar tetangga sebelah rumah,
Senandungkan lagu lama tentang kau dan aku, Berteman desir angin yang menyapu
bulu Roma, ku gerakan jari jemariku membuka tiap lembar materi dari sang
penuntun tuk raih diksi yang sudah lama ku nanti, Hari ini hujan turun dengan
derasnya, membasahi hati yang merana, menyiram luka . Kulihat awan mendung
bergayut sendu, menambah rasa sepi sendiri. Kutelan duka lara pahit terasa,
namun terselip sedikit asa , masa
depan tetap akan bersinar cemerlang, dan
mendung hitam berangsur sirna, jangan
kau pergi terlalu jauh, wahai pemilik qolbu, tetaplah disini disisi yang selalu
menanti, menanti untuk selalu ditemani, Nabastala terlihat cerah, Sunyi senyap
tanpa irama, Menandakan malam telah tiba, Kini saatnya selimut menutupi, Di
kala waktu istirahat tiba.
Pada sesi penutupan MAYDEARLY memberikan motivasi, Seorang penulis sejati
adalah apabila Ia sedang semangat atau sedang tidak semangat Ia akan tetap
tersenyum dan selalu bisa mengeluarkan ide-ide yang baik.
Alhamdulillah, Masya allah materi malam ini sangat bermanfaat dan menginspirasi.
Terima kasih Tim Solid Om Jay khususnya Ibu Widya Arema sebagai moderator dan
narasumber Ibu Maydearly. Jazakumullohu Khoir. Semoga tulisan ini juga
bermanfaat bagi penulisnya dan pembaca tentunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar