Allah Tujuan Hidup Qita

Allah Tujuan Hidup Qita
Belajar dan Tawakal

Jumat, 25 Agustus 2023

MENULIS BUKU DARI KARYA TULIS ILMIAH (KTI)

 

Resume ke-25 yang ditulis Suharyadi (Peserta KBMN 29)

Moderator: Bambang Purwanto, S.Kom., Gr

Narasumber: Eko Daryono, S.Pd.

Alhamdulillah,  puji dan syukur, kepada Allah Sang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Masya Allah, pertemuan kelas belajar menulis nusantara KBMN kini telah memasuki materi ke-25. Bagi kita yang berprofesi seorang guru, setidaknya kita pernah membuat karya ilmiah, minimal sekali seumur hidup. Ya, saat skripsi kita membuat karya ilmiah sebagai syarat lulus strata S1 perguruan tinggi. Bagaimana jika kita ingin mengulang kesuksesan membuat karya ilmiah? Nah, pertemuan KBMN ke-25 kali ini kita akan belajar bagaimana menulis buku dari karya ilmiah. Tentunya dengan bimbingan narasumber yang mumpuni yaitu Pak Eko Daryono, S.KOM. Selain sebagai tenaga pendidik, Beliau juga seorang penulis, editor, dan narasumber. Lahir di Karanganyar pada 20 Desember 1975. Menikahdengan Patmini, A.Md.Kep. dan telah dikarunia tiga orang anak yaitu:Shinta Rahmasari (Mahasiswa), Ridho Aryo Ramadhan (SMA), dan Kalila AssyabiyaArafah (MI). Beliau dapat ditemui dalam dunia maya di Blog : maseko1275.blogspot.com. sedangkan moderatornya adalah Pak Bambang Purwanto, S.Kom., Gr yang biasa dipanggil Mr. Bams. Beliau seorang guru informatika SMP Taruna Bakti Bandung. Web pribadi penamrbams.id.

Tema yang mungkin teoristis dan bikin pusing mengingat tidak ada standardisasi konversi KTI menjadi buku. Namun demikian, dari berbagai pengalaman yang telah disampaikan oleh para Widyaiswara, Peneliti LIPI, Pakar Menulis akhirnya mengerucut pada standar isi buku.

Apa itu Karya Tulis Ilmiah? Perka LIPI No 2/2014 menyatakan bahwa Karya tulis ilmiah adalah tulisan hasil litbang dan atau tinjauan, ulasan (review), kajian, dan pemikiran sistematis yang dituangkan oleh perseorangan atau kelompok yang memenuhi kaidah ilmiah. Apa sajakah yang termasuk dalam KTI? Secara umum KTI ada dua yaitu KTI Nonbuku dan KTI Buku.

Mengacu penjenisan tersebut ternyata tak semua KTI itu berupa buku. Secara wujud, PTK, PTS, Tugas Akhir, skripsi, tesis, disertasi memang berwujud buku, namun bukan buku. Lebih tepatnya laporan hasil penelitian dan sifat publikasinya pun terbatas.

Bagaimana struktur penulisan KTI pada umumnya? Umumnya KTI tersusun atas bab-bab dengan penomoran yang struktural sesuai dengan jenis KTI serta institusinya. Contoh umum yang mungkin sudah banyak dilihat badan sistematika berikut:

Apa perbedaan laporan KTI dan KTI yang telah dikonversi menjadi buku?

Buku hasil konversi dari KTI bisa di ISNB-kan sedangkan KTI yang langsung dibuat buku tanpa konversi (atau mentah KTI langsung diterbitkan) umumnya QRCBN.

Cara mengkonversi KTI menjadi buku

Langkah Pertama: Memodifikasi Judul

Judul KTI umumnya mengandung unsur variabel penelitian, objek penelitian, dan seting penelitian (baik tempat maupun waktu). Judul buku hasil konversi sama seperti judul buku-buku lainnya, harus menarik, unik, mudah diingat, dan mencerminkan isi buku. Kemenarikan judul buku sifatnya subjektif.

 Contoh konversi judul KTI yang diubah menjadi buku

Langkah Kedua: Memodifikasi Sistematika dan Gaya Penulisan

KTI nonbuku yang berupa laporan hasil penelitian umumnya ditulis dengan sistematika dan penomoran yang baku. Nah, pada saat laporan tersebut dikonversi menjadi buku, maka harus dimodifikasi gayanya sesuai dengan gaya penulisan buku. Tidak tampak lagi adanya sub bab-sub bab yang membuat isi buku seolah-olah terpisah-pisah.

 Modifikasi BAB I

Bab I yang biasanya Pendahuluan boleh tetap dipertahankan judulnya dengan PENDAHULUAN , boleh PEMBUKA namun lebih menarik jika diambilkan dari intisari Bab I, misalnya fenomena yang terkait dengan inti buku. Secara struktur, tidak diperlukan lagi sub bab - sub bab seperti latar belakang, permasalahan, tujuan, manfaat dalam bentuk angka-angka. Fokusnya lebih mengeksplor latar belakang.

Modifikasi BAB II

Bab 2 dapat dibagi menjadi beberapa bab dalam buku dengan cara mensplitnya sehingga setiap bab mengandung satu aspek pembahasan.

Modifikasi BAB III

Bab III yang berisi metode penelitian biasanya diringkas menjadi satu atau dua paragraph dan dimasukkan pada bab IV di bagian awal.

Sekedar contoh untuk meringkas. Apakah narasi di atas baku? Tentu tidak. Maksudnya Bab 3 memang bisa benar-benar tidak tampak lagi dalam buku hasil konversi KTI.

Modifikasi BAB IV

Bagian ini sejatinya merupakan bagian inti isi buku, sesuai dengan judul buku. Bab IV tidak lagi menggunakan judul Hasil Penelitian dan Pembahasan, namun disesuaikan dengan konteks buku. Biasanya Judul buku menjadi pilihan sebagai judul Bab IV, namun sekali lagi tergantung pada penulis yang ingin mengeksplor kelebihan bukunya.

Modifikasi BAB V

Pada laporan hasil penelitian, Bab V biasanya diberi judul PENUTUP. Judul tersebut dapat dipertahankan. Substansi isinya sesuai dengan fenomena yang diangkat tanpa adanya prasaran.

Modifikasi Lampiran

Lampiran yang disertakan hanyalah instrument penelitian atau hasil olah data. Adapun data-data yang menyangkut privacy tidak boleh disertakan, misalnya daftar nilai siswa lengkap dengan namanya. Jika ingin menyajikan nilai siswa sebaiknya dibuat kode-kode atau dibuat tabulasi.

Bolehkah laporan KTI apa adanya langsung dijadikan buku?

Sah-sah saja penulis langsung menerbitkan KTI-nya menjadi model seperti buku (tapi bukan buku). Hanya saja buku semacam ini sulit untuk memperoleh ISBN. Saat ini penerbitan ISBN begitu selektif. Secara persepsi pembaca yang akan menilai kelayakannya. Nilai jual KTI yang langsung dibukukan tanpa dikonversi tentu akan berbeda dengan yang memang dikonversi jadi buku.

Hal-hal yang perlu diperhatikan saat mengkonversi KTI menjadi buku:

1.  keaslian laporan hasil penelitian.

2.  menghindari kompilasi yang terlalu banyak.

3.  memilah dan memilih data yang dipublikasikan.

4.  modifikasi bahasa buku.

5.  hindari pengambilan sumber kutipan kedua atau pendapat yang kurang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

6.  wajib menuliskan semua daftar Pustaka yang dipakai sebagai rujukan dalam buku untuk mendukung keabsahan buku.

7.  memperhatikan kaidah penyusunan buku ber-ISBN (optional).

Banyak sekali pemilik naskah yang takut kehilangan naskah asli dari karya ilmiah yang dikonversi. Realitasnya membuat buku dari karya tulis ilmiah memang seolah melahirkan buku baru, terlebih jika buku tersebut hendak di-ISBN kan. Pernah ada karya ilmiah dari peserta KBMN-28 yang diajukan ISBN dengan judul Buku Belajar Teks Prosedur dengan Media Resep Masakan. Setelah diajukan ISBN ternyata yang disuruh dieksplor justru resep masakannya

Alhamdulillah terima kasih Pak Eko Daryono dan Pak Bambang Purwanto. Semoga tulisan ini juga bermanfaat bagi penulisnya dan pembaca tentunya.

Tidak ada komentar: